EKONOMI KAPITALIS VS EKONOMI SYARI’AH (ISLAM)
And
EKONOMI SOSIALISME
Kapitalisme
merupakan sistem ekonomi dan sosial yang cenderung ke arah pengumpulan
kekayaan oleh individu tanpa gangguan kerajaan dan
bermatlamatkan keuntungan. Takrif
individu di sini tidak semestinya merujuk kepada orang perseorangan
tetapi juga termasuk sekumpulan individu seperti syarikat. Sistem ekonomi
kapitalis digerakkan oleh kuasa pasaran dalam menentukan pengeluaran, kos,
penetapan harga barang dan perkhidmatan, pelaburan dan pendapatan. Pengkritik
sistem kapitalis berpendapat sistem ini mewujudkan jurang perbedaan yang
mencolok antara yang kaya dengan yang miskin. Sistem yang bertentangan dengan
ideologi ini ialah komunisme dan sosialisme.(
wikipedia.org )
Perbedaan sistem ekonomi Islam
dan sistem ekonomi kapitalis tidak hanya pada hal-hal yang bersifat aplikatif.
Namun mulai dari falsafahnya sudah berbeda. Di atas falsafah yang berbeda ini
dibangun tujuan, norma dan prinsip-prinsip yang berbeda. Hal ini karena
keyakinan seseorang mempengaruhi cara pandang dalam membentuk kepribadian,
perilaku, gaya hidup, dan selera manusia. Dalam konteks yang lebih luas, keyakinan
juga mempengaruhi sikap terhadap orang lain, sumber daya, dan lingkungan. Dalam
sistem kapitalis, Tuhan dipensiunkan (retired God). Hal ini
direfleksikan dalam konsep “laissez faire” dan “invisible hand”.
Dari falsafah ini kita bisa melihat tujuan ekonomi kapitalis hanya sekadar
pertumbuhan ekonomi. Asumsinya dengan pertumbuhan ekonomi setiap individu dapat
melakukan kegiatan ekonomi demi tercapainya kepuasan individu.
Begitu pula dengan norma-norma
ekonomi. Karena peran Tuhan sudah ditiadakan, semua hal diserahkan kepada
individu. Akibatnya dalam sistem kapitalis kepemilikian individu menjadi
absolut. Norma-norma yang dibangun berdasarkan pada individualisme dan
utilitarianisme. Setiap barang dianggap baik selama bernilai jual. Tidak ada
batasan ataupun norma yang jelas, baik dan buruk diserahkan kepada individu
masing-masing. Dari sinilah kerusakan berawal. Terjadi kedzaliman terhadap
sesama manusia, ketimpangan ekonomi dan sosial, perusakan alam, dan sebagainya.
Semuanya terjadi demi meraih kepuasan individu tanpa dibatasi oleh norma-norma
agama.
Falsafah ekonimi Islam secara
umum dapat dilihat dari surat al-Muthaffifin ayat 1 - 6. Allah berfirman: 1) Kecelakaan besarlah bagi orang-orang
yang curang. 2) (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang
lain mereka minta dipenuhi. 3) Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk
orang lain, mereka mengurangi. 4) Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa
Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. 5) Pada suatu hari yang besar. 6)
(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.
Ayat di atas menunjukkan adanya
hubungan yang erat antara agama, keyakinan kepada Allah, keyakinan kepada hari
Akhir, perilaku ekonomi, dan sistem ekonomi. Karena itu, dari sisi tujuannya,
ekonomi Islam bertujuan mencapai kesejahteraan manusia dalam rangka ibadah
kepada Allah.
Umat Islam juga meyakini Allah
yang menciptakan bumi beserta isinya. Karena itu, pemilik hakiki bumi dan
seisinya adalah Allah. Manusia hanya diberi hak pakai (sebagai amanah). Karena
itu, manusia memiliki kewajiban untuk mengelolanya sesuai dengan otorisasi Syara’
(berdasarkan norma-norma Islam). Hal ini karena apapun yang dilakukan
manusia di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Swt. Dampak
positifnya adalah manusia akan senantiasa hati-hati dalam bertindak dan akan
selalu memperhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya.
Dengan falsafah tersebut, dalam
konsep kepemilikan misalnya, sistem ekonomi Islam berbeda dengan sistem ekonomi
kapitalisme. Abdul Sami’ al-Mishri
dalam Pilar-Pilar Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006) merinci konsep kepemilikan. Pertama,
kepemilikan hanya ada dalam area yang tidak menimbulkan kedzaliman bagi orang
lain. Kedua, tidak semua barang bisa dimiliki individu. Barang-barang
yang menyangkut kebutuhan orang banyak tidak bisa dimiliki, seperti padang
rumput, sumber air dan sumber energi. Ketiga, terdapat hak milik orang
lain atas barang yang dimiliki oleh seorang muslim, dan harus ditunaikan sesuai
dengan ketentuan Allah (zakat, infak, shadaqah, dan sebagainya). Keempat,
kepemilikan harus didapatkan dengan jalan halal.
Didalam
Sistem ekonomi SOSIALISME sebenarnya cukup sederhana. Semua aspek ekonomi
dianggap sebagai milik bersama, tapi bukan berarti harus dimiliki secara
sepanuhnya secara bersama, semua aspek ekonomi boleh dimiliki secara pribadi
masing-masing, dengan syarat boleh digunakan secara Sosialis, mirip dengan
gotong-royong sebenarnya.
Sistem
Ekonomi Sosialis mempunyai kelemahan sebagai berikut :
a. Sulit melakukan transaksi
Tawar-menawar sangat sukar dilakukan oleh individu yang terpaksa mengorbankan
kebebasan pribadinya dan hak terhadap harta milik pribadi hanya untuk
mendapatkan makanan sebanyak dua kali. Jual beli sangat terbatas, demikian pula
masalah harga juga ditentukan oleh pemerintah, oleh karena itu stabilitas
perekonomian Negara sosialis lebih disebabkan tingkat harga ditentukan oleh Negara,
bukan ditentukan oleh mekanisme pasar.
b. Membatasi kebebasan System tersebut
menolak sepenuhnya sifat mementingkan diri sendiri, kewibawaan individu yang
menghambatnya dalam memperoleh kebebasan berfikir serta bertindak, ini
menunjukkan secara tidak langsung system ini terikat kepada system ekonomi
dictator. Buruh dijadikan budak masyarakat yang memaksanya bekerja seperti
mesin.
c. Mengabaikan pendidikan moral Dalam
system ini semua kegiatan diambil alih untuk mencapai tujuan ekonomi, sementara
pendidikan moral individu diabaikan. Dengan demikian, apabila pencapaian
kepuasan kebendaan menjadi tujuan utama dan nlai-nilai moral tidak diperhatikan
lagi
Adapun
kebaikan-kebaikan dari Sistem Ekonomi Sosialis adalah :
a. Disediakannya kebutuhan pokok Setiap
warga Negara disediakan kebutuhan pokoknya, termasuk makanan dan minuman,
pakaian, rumah, kemudahan fasilitas kesehatan, serta tempat dan lain-lain.
Setiap individu mendapatkan pekerjaan dan orang yang lemah serta orang yang
cacat fisik dan mental berada dalam pengawasan Negara.
b. Didasarkan perencanaan Negara Semua
pekerjaan dilaksanakan berdasarkan perencanaan Negara Yang sempurna, di antara
produksi dengan penggunaannya. Dengan demikian masalah kelebihan dan kekurangan
dalam produksi seperti yang berlaku dalam System Ekonomi Kapitalis tidak akan
terjadi.
c. Produksi dikelola oleh Negara Semua
bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh Negara, sedangkan keuntungan yang
diperoleh akan digunakan untuk kepentingan-kepentingan Negara.
Dari artikel diatas yang perlu kita garis bawahi adalah :
Ekonomi kapitalis lebih kepada
kekayaan individu sedangkan ekonomi syari’ah notabene adalah bagi hasil (
kemaslahatan bersama ) “ ekonomi kapitalis tidak memiliki norma ataupun
dasar-dasar tertentu dalam kebijakannya, apa yang mereka anggap memiliki nilai
jual maka itu adalah sebuah sumbangsih yang baik bagi ekonomi ini, Dalam memandang Nilai, Sistem
Ekonomi Kapitalis juga beranggapan bahwa nilai paling tinggi dari ekonomi itu
adalah saat kebutuhan terpenuhi dan materi bisa diperoleh. Kemudian ini
menimbulkan satu individu dan masyarakat yang kemudian sangat mengagungkan
nilai-nilai materialisme. Karena bagi mereka tidak ada nilai yang lebih tinggi
kecuali nilai materi. Dan dari sistem pemikiran seperti itu nilai-nilai luhur
seperti nilai-nilai keharmonisan, nilai-nilai persaudaraan, termasuk juga
nilai-nilai agama terabaikan. Jadi nilai materialisme itulah yang sangat
diagungkan. Dalam ekonomi kapitalis diakuinya kepemilikan harta pribadi secara
penuh dan tidak ada kebebasan yang sempurna. Sebagian dapat memperoleh
kebebasan yang lebih dari pada yang lain. Dengan semangat materialisme nya ini,
Sistem Kapitalis kemudian mempunyai tujuan, yaitu mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya.
Dalam Islam tujuan utama ekonomi adalah
sebagai ibadah terhadap Allah SWT, dimana menanamkan jiwa ‘khalifah fil ardhi’
yaitu sebagai khalifah, sudah seharusnya manusia mencoba untuk menyelamatkan
bumi ini dari kerusakan-kerusakan, baik kerusakan dalam bidang sumber daya
manusia maupun dalam sumber daya alam. Sedangkan dalam system ekonomi
kapitalis, mereka tidak memikirkan apa yang akan terjadi kemudian hari, namun hanya memikirkan
apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Yang penting mereka merasakan kepuasan
dalam hidup maka sah-sah saja mengeksplorasi sumber daya yang telah tersedia.
Selain itu mereka juga tidk memikirkan dampak dari perbuatan yang mereka
lakukan di kemudian hari. Pemborosan sumber daya yang mereka lakukan hanya
memikirkan kepuasan mereka sendiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa mau
tau urusan orang lain. Sikap individualisme yang seperti inilah yang
menyebabkan cepatnya merusak tatanan dunia melalui bidang ekonomi. Ekonomi syari’ah memiliki sebuah
landasan pijak dimana Al Qur’an surat Al
Mutafiffin ayat 1-6 menjadi pedoman berprilaku dalam hal ekonomi.
Semua aliran sosialisme berusaha
mewujudkan kebersamaan secara rill,
keinginan tersebut mengada-ada kerena kebersamaan secara rill tidak mungkin terjadi, karena fitrah manusia menyebabkan berbeda
tingkat kekuatan tubuh dan akalnya, berbeda tingkat pemenuhan kebutuhannya dan
perbedaan ini bersifat alami. Walaupun diterapkan hukum tangan besi untuk
memaksa terjadinya kesamaan tetap tidak mungkin sama dalam mempergunakan
kekayaannya untuk berproduksi dan pemanfaatannya. Setiap usaha ini akan
mengalami kegagalan. Sebaliknya akan menimbulkan ketidakadilan masyarakat
karena bertentangan dengan fitrah manusia sehingga tidak mungkin menghapus
kepemilikan pribadi.
Labels:
Makalah
Thanks for reading Kritik Terhadap Ekonomi Kapitalis, Sosialis, Syari'ah (Iaslam). Please share...!
0 Komentar untuk "Kritik Terhadap Ekonomi Kapitalis, Sosialis, Syari'ah (Iaslam)"