BAB
I
PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG
Perkembangan Agama
Islam dari periode nabi Muhammad SAW, sangatlah pesat dan juga baik, sehingga
agama Suci ini pun dapat mudah diterima dikalangan masyarakat luas. Begitu pula
sistem pemerintahan pada masa Rasulullah, sungguh baik dan juga bijak, dalam menyatukan
berbagai macam suku-suku dan aliran-aliran agama di tanah Arab. Dengan sistem
pemerintahan dengan memunculkan piagam Madinah yang menjunjung tinggi hak-hak
tiap manusia, dalam menjalankan kewajibannya. Sehingga dalam pemerintahan
beliau sangatlah dijunjung oleh kaumnya.
Ketika pada masa
pemerintahan Khulafaur Rasydin pun, yang dimulai dari Abu Bakar Ash Shidiq,
Umar bin Khatab, Ustman Bin Affan, hingga Ali bin Abi Thalib pun juga baik,
akan tetapi pada masa pemerintahan Ali bin Affan disini, terdapat banyak sekali
kegoncangan dalam kekhalifahan, dalam periode ini pun Islam terpecah menjadi
beberapa Aliran, yang disebabkan karena wafatnya khalifah Ustman bin Affwan
yang belum diketahui siapa pembunuhnya, dan apa motif dari pembunuhannya. Sehingga banyak sekali aliran yang
mengeluarkan diri dari persatuan khalifah, mulai dari aliran Muawiyah,
Khawarij, syia’ah, dan masih banyak lainnya. Sehingga Islam pun tidak kembali
menjadi satu lagi.
Pada masa peradaban
Islam setelah masa Khalifaur Rasydin yakni pada masa kegemilangan Islam ada
pada masa bani Umayyah dan bani Abbasiyah. Pada masa Bani Ummayyah, dengan
pendirinya adalah Muawiyah bin Abu Sufyan, yang kurang lebih beliau memimpin
muslimin selama 80 Tahun Dinasti Umayyah dibagi menjadi dua, yakni dinasti
Ummayyah I atau biasa yang disebut Umawiyah Timur (661-680) dan Ummawiyah II
atau Ummawiyah Barat (661-750), sedangkan pada masa Daulat Abasiyyah berkuasa kurang
lebih selama lima abad (750-1258 M).
2. RUMUSAN
MASALAH
a. Bagaimana
proses berdirinya Dinasti Ummayah?
b. Siapa
saja Khalifah Dinasti Ummayah I?
c. Bagaimana
sistem pemerintahan pada masa daulah Ummayah?
d. Bagaimana
perkembangan peradaban pada masa Dinasti Ummayah?
e. Bagaimana
terjadinya keruntuhan Dinasti Ummawiyah?
f. Bagaimana
proses terbentuknya Dinasti Abbasiyah?
g. Siapa
saja Tokoh pada masa Dinasti Abbasiyah yang mempunyai peran penting dalam
menggulingkan Dinasti Ummayah?
h. Bagaimana
Kemajuan dan kemunduran Daulah Abbasiyah?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Proses
Terjadinya Dinasti Ummawiyah
Nama
daulah Ummawiyah itu berasal dari nama “ Umaiyah ibnu “Abdi syams ibnu ‘Abdi Manaf”
yaitu salah seorang pemimpin kabilah Quraisy dizaman Jahiliyah, dan ia selalu
bersaing dan berusaha merebut kepemimpinan dan kehormatan Hasyim Abdi Manaf
dikalangan masyarakat bangsanya. Pada keturunannya sangat menolak keras dengan
ajaran nabi dan menolak dengan tegas kekhalifahan atau kepemimpinan nabi
Muhammad SAW. Bani Ummawiyah baru masuk Islam setelah nabi Muhammad SAW dapat
menaklukkan kota Mekkah. Sepeninggalan Rasulullah keturunan Ummawiyah, mereka
sudah menginginkan kekhalifahan pengganti Rasulullah, tetapi mereka belum
berani mengemukakan dirinya pada masa Khalifah Abu Bakar ash Shidiq dan Umar
bin Afwan. Setelah wafatnya khalifah Umar bin Afwan, maka Bani Ummawiyah
menyokong Ustman bin Afwan untuk dijadikan menjadi khalifah pengganti Umar,
dengan hasil Musyawarah, sehingga berhasillah Ustman menjadi Khalifah pengganti
Umar. Pada masa pemerintahan Ustman inilah Muawiyah mencurahkan seluruh
kekuatannya untuk memperkuat dirinya dan menyiapkan kota Syam untuk dijadikan
pusat kekuasaannya dikemudian harinya.
Ketika
Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah menggantikan ustman, Muawiyah sebagai
gubenur di Syam, membentuk golongan orang-orang yang menolak tegas perintah
Khalifah Ali, dia pun mendesaknya untuk mengusut kematian Ustman bin Afwan.
Desakan Muawiyah ini pun tumpah saat perang Sifiin, yakni pertempuran antara
pihak Muawiyah dengan pihak Ali bin Abi Thalib. Pada perang ini pun terjadi
genjatan senjata atau tahkim sehingga
pihak Ali pun terbagi menjadi dua, yakni pihak syiah atau pengikut Ali, dengan
pihak Khawarij atau penentang Ali, dan pihak Muawiyah itu sendiri. Pada tanggal
20 Ramadhan 40 H salah seorang Khawarij membunuh Ali, sehingga dengan wafatnya
Ali bin Abi Thalib ini berakhir pula masa pemerintahan Khalifaur Rasydin, dan
menjadi jalan yang baik untuk Muawiyah melancarkan rencananya untuk dapat
menjadi Khalifah. Pada tahun 661 M/41 H maka menjadi tahun persatuan (Am al Jama’ah)[1]atau tahun dimana Muawiyah melakukan sumpah
jabatan yang dilakukan didepan dua putra Ali, yakni Hasan dan Husein, dan
rakyat banyak.
B.
Khalifah
Dinasti Ummayah
Dinasti
Ummaiyah ini yang berlangsung selama ±91 tahun, yakni dari tahun 41-132 H, yang
diperintah sebanyak 14 khalifah yang beribukota di Damaskus. Pada periode Bani
Umawiyah ini dibagi menjadi tiga bagian periode, yakni permulaan, keemasan, dan
keruntuhan. Pada masa permulaan, yakni ditengarai meletakkan dasar pemerintahan, pembunuhan Husein ,
perampasan kota Madinah, Penyerbuan Mekkah pada masa Yazid I, dan perselisihan
diantara suku-suku Arab pada masa Muawiyah II.[2]
Pada
masa keemasan periode ini adalah pada Khalifah walid I yang mana negara Islam
meluas ke daerah Barat dan Timur, beban masyarkat berkurang, berbagai macam
pembangunan telah dilakukan, seperti masjid, gedung-gedung sekolah mendapatkan
perhatan serius darinya. Kejayaan pun
mulai suram saat dibawah kekhalifahan Umar II (Umar Ibn Abd Aziz), dia
merupakan pelopor penyebaran agama Islam, akan tetapi pemerintahannya hanya 2
tahun 5 bulan saja[3]
, setelah dia diganti oleh khalifah setelahnya, maka kepentingan pribadipun
diutamakan daripada kepentingan umum, perselisihan antar putra mahkotapun tidak
terelakan, begitu pula dengan kepemimpinan daerah dan pertempuaran dengan
pasukan Abbasiyah di Irak, sehingga kemenangan pun ada dipihak Abbasiyah yang
ipimpin oleh Abu Muslim al Khurasani, sehingga ibukota Umawiyah pun menjadi
daerah kekuasaan Abbasiyah. Untuk lebih lengkapnya, dari semua khalifah pada
bani Ummawiyah, yakni:
1. Muawiyah
bin Abu Sufyan(40-60H)
2. Yazid
bin Muawiyah (60-63 H)
3. Muawiyah
II (63 H)
4. Marwan
bin Al Hakam (64-65H)
5. Abdul
Malik bin Marwan (65-86 H)
6. Al
Walid bin Abdul Malik(86-96 H)
7. Sulaiman
bin Abdul Malik(96-99 H)
8. Umar
bin Abdul Aziz(99-101 H)
9. Yazid
bin Abdul Malik( 101-105H)
10. Hisyam
bin Abdul Malik(105-125 H)
11. Al
Walid bin Yazid bin Abdul Malik(125 H)
12. Yazid
III(126 H)
13. Ibrahim(126
H)
14. Marwan
bin Muhammad (128-132H)
C.
Sistem
Pemerintahan Pada Masa Daulah Ummayah
Dalam sistem kekuasaan
pada masa Khulafaur Rasydun yang bermula demokrasi, dengan pemindahan ditangan
Muawiyah berpindah menjadi monarki hereditis (kerajaan turun Menurun). Sikap
ini pun diawali saat Muawiyah bin abu sufyan mengangakat anaknya Yazid untuk
dijadikan menjadi Khalifah berikutnya. Sikap ini pun dipengaruhi oleh keadaan
Syria, saat ia menjabat sebagai gubenur disana, yang dipengaruhi sistem Monarki
heredatis di Persia dan kekaisaran Byzantium. Pada masa Muawiyah I dimulai
perubahan-perubahan administrasi pemerintahan, mulai dari pasukan pengawal
raja, mendirikan balai-balai pendaftaran dan juga menaruh perhatian atas jawatan
pos yang menjadi suatu susunan yang teratur yang menghubungkan bagian negara.
Seperti dewan Sekretaris Negara (diwan al
kitabah) yang terdiri dari lima sekretaris, yakni; katib ar rasail, katib al kharaj, katib al jund, katib al syurthah,
dan katib al qadhi’. Yang mana dari
sekeretaris negara itu mengurus administrasi pemerintahan. Dan diangkat pula
seorang amir untuk dijadikan pemimpin disetiap daerah. Pada Masa Abd. Malik ibn
Marwan, yakni khalifah ke-5 , pelaksanaan pemerintahan dibagi menjadi beberapa
pokok, yakni[4];
kementrian pajak tanah (Diwan al Kharaj)
yang tugasnya mengawasi tugas Departemen Keuangan, kementrian pengesahan (Diwan Al Khatam) yang bertugas (Diwan Ar Rasail) untuk mengontrol
permasalahan-permasalahan disetiap daerah, dan semua komunikasi dari para
gubenur, kementrian urusan perpajakan (Diwan Al Mustaghalat).
Perluasan wilayah pada,
kekuasaan bani Ummawiyah untuk daerah Timur dan juga Barat mencapai kegemilangan pada masa Walid I pada masa ini pun ada pemimpin pasukan
terkemuka sebagai penakluk yaitu
Qutaybah ibn Muslim, Muhammad ibn Qasim, dan Musa ibn Nusayr. Didaerah Timur
yang bisa ditaklukkan oleh bani Ummawiyah
yakni daerah Khurasan sampai ke Lahore di Pakistan, sedangkan di daerah
Barat yakni ke arah Byzantium. sedangkan pada masa Qutaybah bin Muslim, ia berhasil
menaklukkan Balk, Bukhara, Khawarazm, Farghana, dan hara, Khawarazm, Farghana,
dan Samarkhand. Sedangkan Muhammad Ibn Qasim melumpuhkan seluruh penjuru Sind
hingga Maltan (pusat haji terkenal orang India, didekat Punjab). Untuk Musa ibn
Nusayr yang melusakan daerah kekuasaannya di daerah Barat yakni aljazair dan Maroko. Musa pun
mengangkat Thariq bin Ziyad sebagai wakil utnuk memerintah bagian itu. Dengan
didorong kemenangan di Afrika Utara dan karena adanya kerusuhan merebut
kekuasaan dalam kerajaan Gothia di Spanyol. Setelah mendengarkan kemenagan
Thaariq dalam menaklukkan Spanyol, pasukan Musa melebarkan kembali wilayah
kekuasaan sampai ke Barcelona, Narbone, Cadiz, dan Calica, lalu ke selatan
Prancis.
Prinsip keuangan yang
dilakukan pada masa ini adalah mengikuti pada masa Khulaur Rasydun, yaitu
dengan penetapan pajak tanah, dan pajak perorangan untuk setiap individu
penghuni setiap daerah-daerah yang telah dikalahkan merupakan pemasukan sendiri
bagi pemerintahan Bani Ummawiyah. Hal
ini pun untuk dapat kelancaran penggajian bala tentara dan juga untuk
menybarkan syiar Islam.
D.
Perkembangan
Peradaban Pada Masa Dinasti Ummayah
a. Arsitektur
Beberapa
hal yang menonjol dari arsitektur Bani Ummawiyah yakni pembangunan kota-kota
baru dan kota-kota lama dengan gaya perpaduan persia, Romawi, dan Arab, dan
juga pada pembangunan masjid-masjid, seperti di Masjid Damaskus
atas kreasi arsitektur abu Ubaidillah ibn Jarrah , dengan gaya kubah-kubahnya
yang berukuran besar berbentuk tapak besi kuda bulat, dan disekiling masjid
terdapat empat mercusuar yang merupakan bangunan peninggalan Yahudi, tetapi
empat mercusuar hanya digunakan satu mercusuar yang terletetak ditenggara
masjid untuk Adzan.
b. Organisasi
Militer
Pada
masa kekuasaan bani Ummawiyah ini untuk keorganisasian militer ini dibagi
menjadi tiga bagian, yakni; angkatan darat (al jund), angkatan laut (al
bahriyah), dan angkatan kepolisian (asy syurtah). Pada masa ummawiyah bala
tentara ini sesuai dengan sistem Arabisme, yang terdiri dari suku bangsa Arab
saja, akan tetapi ketika sampai pada ekspansi di Afrika Utara, suku Barbar
turut ambil bagian pada masa ini. Pada masa Abd Malik ibn Marwan diberlakuakan wajib Militer untuk setiap
rakyatnya. Yang setiap aktivitasnya ini pun dilengkapi dengan baju besi, kuda,
pedang, panah, dan lain sebagainya. Untuk angkatan laut ini yakni dengan
pembuatan kapal-kapal guna untuk mengankis serangan armada Byzantium serta
sebagai sarana transportasi dalam usaha untuk perluasan wilayah. Sedangkan
untuk armada kepolisian ini awalnya merupakan bagian dari organisasi kehakiman,
lalu bersifat independen yang bersifat indenpenden yang mengurusi
kejahatan-kejahatan.
c. Perdagangan
Untuk
perdagangan pada masa Bani Ummawiyah ini ada beberapa jalur untuk mencapai
kemajuan perekonomian, yakni melawati jalur darat dengan menggunakan Jalus Sutra ke Tiongkok untuk perdaganan
jenis Sutra, keramik, obat-obatan, dan wewangian. Sedangkan yang lainnya yakni
dengan jalur laut, untuk perdagangan rempah-rempah, bumbu, kasturi, permata,
logam mulia, yang ini pun dominan ke arah negeri bagian Timur.
d. Reformasi
Fiskal
Dalam
hal ini pemerintahan Umawiyah dalam pengumpulan pembendaharaan negara, yakni
salah satunya dengan mengumpulkan biaya pajak dari masyarakat, baik itu pajak
untuk penduduk Arab Muslim, ataupun non-Muslim. Dalam hal ini pemerintah dalam
menerapkan pembagian wajib pajak yang terberat kepada penduduk yang non Muslim,
yang wajib membayar pajak Tanah dan juga pajak kepala, sedangkan untuk penduduk
Muslim hanya diwajibkan membayar pajak tanah saja. Dengan sistem pembagian
pajak seperti ini sehingga menimbulkan ketidak puasan dalam lingkungan orang
non-muslim sehingga pada akhirnya menimbulkan gerakn untuk nmenumbangkan
kekuasaan Ummawiyah.
E.
Runtuhnya
Dinasti Ummawiyah
Pada
tokoh pergerakan Abbasiyah yakni Ibrahim al Imam mengangkat Abu Muslim sebagai
pemimpin di Khurasan, dan diberikan kekuasaan untuk melakukan propaganda secara
terang-terangan, dan ia pun di beri kekuasaan untuk melakukan pembunuhan kepada
Masyarakat yang berbahasa Arab dan juga yang dicurigai dapat menggagalkan
misinya. Selama bertahun-tahun gerakan tersebut tanpa hambatan dari Dinasti
Ummawiyah. Ketika surat perintah pembunuhan yang dikirimkan oleh Ibrahim al
Imam kepada Abu Muslim jatuh kepada Marwan ibn Muhammad, bencana pun menimpa Ibrahim
al Imam di tangkap dan dipenjarakan di Haran setelah mengangkat As Safah
sebagai penggantinya. Ibrahim pun dibunuh 132 H, meskipun telah dibunuh, akan
tetapi langkah dari Marwan ibn Muhammad terlambat, karena sudah dikuasai oleh
pemberontak. Bahkan benteng-benteng Damaskus telah terpasang bendera hitam
Abbasiyah telah dikibarkan. Begitu juga di Hijaz, Syam, dan Irak. Pemberontak
syiah pun juga melanjutkan penyerbuan dari Khurasan hingga Irak, Syam, dan Mesir.
Ia pun tewas terbunuh di mesir. Dengan wafatnya Marwan ibn Muhammad, maka
berakhirlah kepemimpinan Dinasti Umawiyah.
F.
Proses
Terbentuknya Dinasti Abbasiyah
Dinasti ini pun berasal
dari nama keluarga Bani Hasyim, yakni seleluhur dengan nabi Muhammad SAW. Yang
diambil dari nama paman beliau al Abbas,
yang secara resmi diplokamirkan oleh Abd Allah Al Shaffah ibn Muhammad ibn Ali
ibn Abd Allah ibn Abbas. Keturunan paman nabi Muhammad inilah yang disebut
dengan bani Abbas. Yang mana keturunan al Abbas ini mengklaim dirinya lebih
baik menggantikan posisi nabi ketika beliau wafat, dari pada Ali bin abi
Thalib, yang mana mereka menganggap paman nabi inilah yang lebih berhak,
ketimbang keponakan nabi. Pada awal mula pemikiran ini belum muncul ketika nabi
meninggal, tetapi mengemuka ketika cucu Ali bin abi Thalib, yang kekaligus
pemimpin syiah al Khaisaniyah, atau kelompok terbesar keturunan Ali yang
melakukan perlawanan kepada Ummawiyah. Dari Dinasti Abbasiyah ini tidak begitu
terpengaruh dari peradaban Arab, seperti halnya pad masa Dinasti Ummawiyah
dikarenakan perpindahan ibukota dari Damaskus ke Bagdad.
G.
Tokoh
Pada Masa Dinasti Abbasiyah
Pada
zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan (pemerintahan) berkembang sebagai sistem
politik. Pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan
politik, sosial, ekonomi dan budaya. Sistem politik yang dijalankan oleh Daulah
Bani Abbasiyah antara lain[5]:
a. Para Khalifah tetap dari Arab,
sementara para menteri gubernur, panglima perang dan pegawai lainnya banyak
dipilih dari keturunan Persia dan Mawali.
b. Kota Bagdad ditetapkan sebagai
ibukota negara dan menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi dan kebudayaan.
c. Kebebasan berfikir dan berpendapat
mendapat porsi yang tinggi.
d. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai
sesuatu yang sangat penting dan mulia.
e. Para menteri turunan Persia diberi
kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam pemerintah.
Dalam dinasti Bani
Abbasiyah ini terdapat 37 khalifah berkuasa kurang lebih selama lima abad (750-1258 M). Ada
beberapa tokoh yang sangat berjasa dan sukses dalam penggulingan Dinasti
Ummawiyah, yakni;
1. Muhammad
ibn Ali ibn Abd Allah ibn Al Abbas
Beliau
adalah putra dari Ali ibn Abd Allah, yang merupakan seorang yang zuhud,
meningkatkan kualitas ibadah, dan juga baik dalam menjalin persahabatan dengan
bani Ummawiyah, sehingga ia pun diberi daerah kekuasaan oleh khalifah Walid ibn
Malik, yakni daerah Hummayyah yang terletak didekat Damaskus, tetapi anaknya
yakni khalifah Muhammad ibn Ali termasuk seseorang yang cerdas dan Ambisius
terhadap kekuasaan, ia pun dapat dikatakan sebagai perintis pergerakan.
2. Ibrahim
al Imam
Ia
adalah putra dari Muhammad ibn Ali, dan Ia adalah penerus kepemimpinan setelah
sepeninggalan ayahnya. Semasa kepemimpinannya mengalami kemajuan yang sangat
pesat, akan tetapi dengan kekuasaannya ia pun bermain dengan leluasa dengan
kekuasaan yang dimilikinya. Setelah Abu Muslim memberikan seperlima dari
hartanya, lalu diangkatnya Abu Muslim menjadi pemimpin di Khurasan, dan memberikan
kekuasaan kepada Abu Muslim untuk melakukan propaganda secar besar-besara,
yaitu membunuh siapa saja yang dicurigainya.
3. Abu
al Abbas as shafah
Setelah
saudaranya Ibrahim al Imam meninggal dunia, maka Abu al Abbas as Shafah
menggantikan posisinya menjadi pemimpin, sampai benar-benar Dinasti Umayyah
dapat digulingkan. Ia pun langsung mengangkat dirinya menjadi khalifah pertama
di Dinasti Abbasiyah, dengan menggelari dirinya al Saffah yang berari sang
penumpah darah.
4. Abu
Muslim al Khurasani
Biasa
ia menyebuit dirinya sebagai gubenur keluarga Muhammad (Amir al Muhammad),
kedudukan ini ia pangku sampai kekhalifahan as Shaffah, lalu pada masa
pemerintahan Abu Ja’far al Manshur, kebesaran Abu Muslim di balas dengan
kejahatan, karena dikhawatirkan membawa pengaruh kepada masyarakat.
5. Abu
salamah al Khalal
Beliau
adalah salah satu tokoh yang dapat mempengaruhi ibrhim al Imam, yang mana pada
tahun 744 H Bukhayr ibn Mahan wafat, pada waktu ia mendapatkan persetujuan dari
Ibrahim al Imam untuk pengankatan menantunya, maka ia pun memakai gelar Wazir
al Muhammad atau mentri keluarga Muhammad, ia meruopakan seorang yang kaya
raya, dan ahli dalam perpolitikan, namun pada saat kesuksesan hampir tergapai,
maka Khalifah As shafah membunuhnya, atas persetujuan oleh Abu Muslim.
H.
Gerakan
Perjalanan Dinasti Abbasiyah
Pemerintahan
Dinasti Abbasiyah dapat dibagi dalam dua periode. Periode I adalah masa antara
tahun 750-945 M, yaitu mulai pemerintahan Abu Abbas sampai al-Mustakfi. Periode
II adalah masa 945-1258 M, yaitu masa al-Mu’ti sampai al-Mu’tasim. Pembagian
periodisasi diasumsikan bahwa pada periode pertama, perkembangan diberbagai
bidang masih menunjukkan grafik vertikal, stabil dan dinamis. Sedangkan pada
periode II, kejayaan terus merosot sampai datangnya pasukan Tartar yang
berhasil mengancurkan Dinasti Abasiyyah.
Pada
Pemerintahan Abasiyyah periode I, telah mengembangkan kebijakan-kebijakan
politik diantaranya adalah:
a.
Memindahkan ibu kota dari Damaskus
ke Bagdad
b.
Memusnahkan keturunan Bani Umayyah
c.
Merangkul orang-orang persia, dalam
rangka politik memperkuat diri, Abasiyyah memberi peluang dan kesempatan yang
besar kepada kaum Mawali
d.
Menumpas pemberontakan-pemberontakan
e.
Menghapus politik kasta
Dalam
menjalankan pemerintahan, Khalifah Dinasti Bani Abbasiyah pada waktu itu
dibantu oleh wazir (perdana menteri) yang jabatannya disebut wizaraat. Wizaraat
ini dibagi menjadi 2 yaitu: pertama, wizaraat tafwid (memliki otoritas
penuh dan tak terbatas), waziraat ini memiliki kedaulatan penuh kecuali
menunjuk penggantinya. Kedua, wizaraat tanfidz (memiliki kekuasaan
eksekutif saja) wizaraat ini tidak memiliki inisiatif selain melaksanakan
perintah khalifah dan mengikuti arahannya.
Sedangkan untuk Model pemerintahan
yang diterapkan oleh Abasiyyah bisa dikatakan asimilasi dari berbagai unsur.
Ini terlihat jelas dari adanya periodesasi atau tahapan pemerintahan Abasiyyah.
Ciri-ciri yang menonjol pada masa pemerintahan Abasiyyah yang tidak terdapat di
zaman Umayyah adalah[6]:
1.
Dengan berpindahnya ibu kota ke Bagdad, pemerintah Bani
Abbas menjadi jauh dari pengaruh arab, sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat
berorientasi kepada Arab. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan
Abaasiyyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan
keempat bangsa turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
2.
Dalam penyelenggaraan negara, pada Bani Abbasiyyah jabatan
wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam
pemerintahan Bani Umayyah.
3.
Ketentaraan profesional baru terbentuk pada maasa
pemerintahan Bani Abbas, sebelumnya belum ada tentara yang
profesional.
I.
Kemajuan
dan Kemunduran Daulah Abbasiyah.
Kekuasaan pada periode
Bani Abbas ini menerapkan pola pemerintahan berbeda-beda sesuai dengan kondisi
politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan politik terbagi
menjadi lima periode, yakni:
1. Periode Awal atau Pengaruh Persia
Pertama (750-847), Ada 10 khalifah yang memimpin pada masa ini, telah dikatakan
pada awal pembahasan bahwa salah satu ciri pemerintahan Abasiyyah adalah adanya
unsur non Arab yang mempengaruhi pemerintahannya seperti Persia dan Turki. Pada
awal pemerintahannya Abasiyyah lebih cenderung seperti pemerintahan Persia
dimana raja mempunyai kekuasaan absolut yang mendapat mandat dari tuhan. Masa
inilah yang mengantarkan abasiyyah pada puncak kejayaannya.
2. Periode Lanjutan atau Turki Pertama
(847-945), Ada 13 khalifah yang memerintah pada masa ini, masa ini ditandai
dengan kebangkitan orang Turki salah satu cirinya adalah orang Turki memegang
jabatan penting dalam pemerintahan, terbukti dengan dibangunnya kota Samarra’
oleh al-Mu’tashim. Sepeninggal al-Mutawakkil, para jenderal Turki berhasil
mengontrol pemerintahan, sehingga khalifah hanya dijadikan sebagai “boneka”
atau simbol seperti khalifah al-Muntanshir, al-Mustain, al-Mu’tazz, al-Muhtadi.
3. Periode Buwaihiyah atau pengaruh persia kedua (945-1055), Ada
5 khalifah yang memerintah pada masa ini, masa ini berjalan lebih dari 150
tahun, namun secara de facto kekuasaan khalifah dilucuti dan bermunculan
dinasti-dinasti baru. Kemunculan dinasti Buwaihhiyyah ini, pada awalnya untuk
menyelamatkan khalifah yang telah jatuh sepenuhnya dibawah kekuasaan para
pengawal yang berasal dari Turki. Dominasi bani Buwaihiyyah berasal dari
diangkatnya Ahmad bin Buwaih oleh al-Muktafie sebagai jasa mereka dalam
menyingkirkan pengawal-pengawal Turki. Pengangkatan ini merupakan senjata makan
tuan, dimana Ahmad bin Buwaih yang diangkat sebagai amir umara’ dengan gelar Muiz
ad daulah menurunkan khalifah Muktafie. Masa bani Buwaihiyyah ini, Abasiyyah
menghadapi 2 polemik besar, yaitu:
a. Adanya pemerintahan tandingan,
yaitu berdirinya Fatimah (967-1171), dinasti Samaniah di Khurasan (847-1055),
dinasti hamidiah di Suriah (924-1003), dinasti Umayyah di Spanyol (756-1030),
dinasti Ghaznawiyah di Afganistan (962-1187).
b. Adanya perang ideologi antara syi’ah dan sunni. Sebenarnya,
Buwaihiyyah merupakan dinasti yang beraliran syi’ah, sehingga sejak awal
pemerintahannya mereka memaksakan upacara-upacara syi’ah seperti upacara
kematian Husain cucu Rasulullah harus diperingati, jika tidak mau maka akan
dihukum atau disiksa. Namun pemaksaan tersebut tidak berjalan lama karena herus
berhadapan dengan masyarakat Sunni ditambah dengan adanya manifesto Baghdad
yang secara langsung menghentikan propaganda Buwaihiyyah atas Syi’ah di Baghdad.
4. Periode Dinasti Saljukiyah Atau Pengaruh Turki Kedua
(1054-1157 M). Masa ini berawal ketika Seljuk mengontrol kekuasaan Abasiyyah
dengan mengalahkan Bani Buwaihiyyah dan berakhir dengan adanya serbuan Mongol.
Kekuasaan Saljuk berawal ketika penduduk Baghdad marah atas tindakan jenderal
Arselan Basasieri yang memaksa rakyat Baghdad untuk menganut syi’ah dengan cara
menahan khalifah al-Qaim dan menghapuskan nama-nama khalifah Abasiyyah diganti
dengan nama khalifah Fatimiah. Kondisi ini tidak berlangsung lama dengan
dikalahkannya Arselan Basaseri oleh Tughrul Bey yang pernah menjadi tentara
bayaran Abasiyyah. Tughrul bey berhasil mendudukkan khalifah al-Qaim pada
jabatannya sebagai penguasa yang sah dan resmi dengan gelar kehormatan Sulthan
wa Malik As Syirqi wa Maghrib dan juga mengawinkannya dengan putri khalifah
al-Qaim, adapun khalifah yang memerintah masa pengaruh Turki kedua ada 11.
Khalifah-khalifah itu hanya mempunyai wewenang dalam bidang keagamaan saja,
sedangkan bidang lainnya dibawah dominasi Turki.
5. Bebas Dari Pengaruh Lain (1157-1258).
Masa sesudah kekhalifahan Abasiyyah sebenarnya bebas dari pengaruh manapun
namun secara perlahan namun pasti menuju kehancuran dimana setelah berakhirnya
Mas’ud bin Muhammad yang menghabisi kekuasaan Seljuk maka kekhalifahan
Abasiyyah dikacau lagi dengan adanya kaum khuarzamsyah dari Turki yang dulunya
menjaddi pembantu Seljuk yang kemudian menamakan diri dengan Atabeg (bapak
raja/amir). Berkuasanya kaum Khuarzamsyah dibawah kepemimpinan sultan Alaudin
Takash memaksa khalifah Nashir (khalifah ke-31) untuk mencari dukugan dari
luar, dari bangsa Tartar Mongol untuk menghancurkan lawan politiknya, dan
inilah yang menjadi kesalahan terbesar Abasiyyah, karena selain menghancurkan
Khurzamsyah bangsa Tartar juga memusnahkan Baghdad dan kota Islam lainnya sehingga
sampai masa hulagu khan cucu Jengis Khan Abasiyyah sudah habis riwayatnya.
Pada
masa Bani Abasiyyah dalam sistem pemerintahan mulai diadakan
pembaharuan-pembaharuan dalam ketentaraan diantaranya adalah dengan:
a. Membuka
keanggotaan tentera bukan
hanya untuk orang Arab saja akan tetapi juga kepada orang non Arab
b. Mengemas sistem
pentadbiran dan struktur organisasi ketenteraan
c. Memberikan Gaji dan hadiah kepada tentera, misalnya: Khalifah
hadiahkan sebidang tanah untuk menghargai jasa
tentera.
Cara ini dikenali sebagai "Al-Iqtha'
Dengan
melakukan beberapa pembaharuan-pembaharuan tersebut akhirnya tentara Islam pada
masa Bani Abasiyyah pun mengalami kejayaan.
Begitu
juga bagian-bagian didalam kepemerintahan membentuk biro-biro pemerintah[7]:
1. Diwanul Kitaabah (Sekretaris Negara) yang tugasnya
menjalankan tata usaha Negara.
2. Nidhamul Idary al-Markazy yaitu sentralisasi wilayah dengan
cara wilayah jajahan dibagi dalam beberapa propinsi yang dinamakan Imaarat,
dengan gubernurnya yang bergelar Amir atau Hakim. Kepala daerah
hanya diberikan hak otonomi terbatas; yang mendapat otonomi penuh adalah “al-Qura”
atau desa dengan kepala desa yang bergelar Syaikh al-Qariyah.
3. Amirul Umara yaitu panglima besar angkatan
perang Islam untuk menggantikan posisi khalifah dalam keadaan darurat.
4. Baitul Maal, dengan tiga dewan; Diwanul
Khazaanah untuk mengurusi keuangan Negara, Diwanul al-Azra’u untuk
mengurusi kekayaan Negara dan Diwan Khazaainus Sila, untuk mengurus
perlengkapan angkatan perang.
5. Organisasi kehakiman, Qiwan Qadlil Qudha (Mahkamah
Agung), dan al-Sutrah al-Qadlaiyah (jabatan kejaksaan), Qudhah
al-Aqaalim (hakim propinsi yang mengetuai Pengadilan Tinggi), serta Qudlah
al-Amsaar (hakim kota yang mengetuai Pengadilan Negeri).
6. Diwan al-Tawqi, dewan korespondensi atau kantor
arsip yang menangani semua surat-surat resmi, dokumen politik serta instruksi
ketetapan khalifah, dewan penyelidik keluhan departemen kepolisian dan pos.
7. Diwan al-nazhar fi al mazhalim, dewan penyelidik keluhan
adalah jenis pengadilan tingkat banding, atau pengadilan tinggi untuk menangani
kasus-kasus yang diputuskan secara keliru pada departemen administratif
politik.
8. Diwan al-syurthah, departemen kepolisian yang dikepalai
oleh seorang pejabat tinggi yang diangkat sebagai shahih al syurthah
yang berperan sebagai kepala polisi dan kepala keamanan istana.
9. Diwan al-barid, departemen pos, yang
dikepalai oleh seorang pejabat yang disebut shahih al-barid, tugas departemen
pos tidak terbatas pada memberikan layanan terbatas untuk surat-surat pribadi
akan tetapi juga dimanfaatkan untuk mengantar para gubernur yang baru dipilih
ke provinsi mereka masing-masing, juga untuk mengangkut tentara dan barang
bawaannya.
Popularitas
Dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun ar Rasyid dan
putranya Al Ma’mun. Kekayaan banyak digunakannya dalam bentuk sosial, yakni
dengan berbagai macam pembangunan tempat dan sarana Umum. Pada masanya pula
terdapat 800 tabib , dan pada masa inilah kesejahteraan sosial, kesehatan,
pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, kesusteraan berada pada keemasannya.
Dan pada masa inilah negara Islam, menjadi negara kuat yang tak tertandingi.
Begitu pula dengan putranya, yakni al makmun, ia sangat cinta sekali dengan
berbagai macam ilmu pngetahuan, sehingga pada masa kekhalifahannya bernagai
macam buku ia terjemahkan, dan tak segan-segan menggaji berbagai penerjemah
bahasa,pada masanya inilah yang menjadikan kota Bagdad menjadi pusat kebudayaan
dan ilmu pengetahuan.
Banyak sekali ilmuwan-ilmuwan yang di munculkan
pada masa goldeng age ini, yang mana pendidikan pada masa daulah Muawiyah hanya
berada atau berpusat di masjid-masjid, maka pada periode ini madrasah-madrasah
dari semua tingkatan dimunculkan, dengan pelopor Nizam al Mulk, begitu juga dengan ilmu tafsir, ilmu
Hadist, dan banyak lagi ilmu-ilmu, baik itu ilmu eksak dan yang lainnya.
Sedangkan
pada periode kedua masa pemerintahan Abbasiyah justru malah menurun,
wilayah-wilayah Islam satu persatu mulai terpecah dan tercerai berai, di
Andalusia, muncul Dinasti Ummawiyah kembali muncul yang mengangkat Abd al
Rahman al Nashir menjadi khalifah. Begitu juga di Afrika Utara, kelompok syiah
al Islamiyah membentuk Dinasti
Fathimiyah. Akibatnya pada periode abad ke 10 M ini sistem kekhalifahan
akhirnya menjadi terpecah menjadi tiga bagian, yakni Bagdad, Afrika Utara, dan
Spanyol. Di Mesir, Muhammad ikhsyid berkuasa atas nama Bani Abbas. Di Halb dan
Mousil, Bani Hamdan muncul, begitu pula di Yaman, syiah Zaydiyah semakin kuat
dengan kelompoknya. Di Bagdad, bani Buhawiyah berkuasa secara de Facto dan menjalankan pemerintahan
Bani Abbas, sehingga khalifah hanya tinggal nama saja. Faktor-faktor yang
menjadi sebab kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah:
1. Pertentangan
internal keluarga. Seperti halnya al manshur melawan Abd Allah ibn Ali pamannya
sendiri. Konflik ini yang mengakibatkan keretakan psikologis yang mendalamdan
menghilangkan solidaritas keluarga, sehingga mengakibatkan campur tangan
kekuatan dari luar.
2. Kehilangan
kendali dan munculnya dinasti-dinasti kecil. Dengan buaian gemilang harta dan
kekuasaan yang mana setiap orang akan lupa atas kewajiban-kewajiban yang harus
dilakukan, dengan semua kekuatan dan berbagai macam cara akan dilakukan untuk
mencapai kekuasaan. Dan juga pada perdadana mentri seenaknya menggunakan
kebijakan dari khalifah, merekapun berturut-turut melakukan kekuatan dari luar.
Dengan kekuatan dari luar inii pun yang mengakibatkan kehancuran struktur
kekuasaan dari dalam kekhalifahn itu sendiri. Dengan lemahnya sistem
pemerintahan pusat, sehingga telah menggoda penguasa daerah utnuk melirik
otonomisasi, seperti gubenur (amir)
yang berdomisili di wilayah barat kota Bagdad seperti Idrisyah, Fathimiyah,
Ummawiyah II, maupun yang berdomisili di Timur Bagdad, Tahiriyah, Samaniyah,
untuk tidak lagi taat kepada Khalifah pusat. Pada kekacauan ini Holagu Khan
keturunan dari Jengis Khan datang disertai dengan pasukan Tartar menghancurkan
Bagdad dan meruntuhkan Bani Abbasiyah.
BAB
III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Dinasti Ummaiyah ini
yang berlangsung selama ±91 tahun, yakni dari tahun 41-132 H, yang diperintah
sebanyak 14 khalifah yang beribukota di Damaskus. Pada periode Bani Umawiyah
ini dibagi menjadi tiga bagian periode, yakni permulaan, keemasan, dan
keruntuhan. Dalam sistem pemerintahan Bani Umawiyah yakni monarki hereditis
(kerajaan turun Menurun). Sikap ini pun diawali saat Muawiyah bin abu sufyan
mengangakat anaknya Yazid utnuk dijadikan menjadi Khalifah berikutnya. ini pun
dipengaruhi oleh keadaan Syria, saat ia menjabat sebagai gubenur disana, yang
dipengaruhi sistem Monarki heredatis di Persia dan kekaisaran Byzantium. Pada
masa Muawiyah I dimulai perubahan-perubahan administrasi pemerintahan, mulai
dari pasukan pengawal raja, mendirikan balai-balai pendaftaran dan juga menaruh
perhatian atas jawatan pos yang menjadi suatu susunan yang teratur yang
menghubungkan bagian negara. Seperti dewan Sekretaris Negara (diwan al kitabah) yang terdiri dari lima
sekretaris, yakni; katib ar rasail, katib
al kharaj, katib al jund, katib al syurthah, dan katib al qadhi’; kementrian pajak tanah (Diwan al Kharaj) yang tugasnya mengawasi tugas Departemen Keuangan,
kementrian pengesahan (Diwan Al Khatam)
yang bertugas (Diwan Ar Rasail) untuk
mengontrol permasalahan-permasalahan disetiap daerah, dan semua komunikasi dari
para gubenur, kementrian urusan perpajakan (Diwan
Al Mustaghalat). Pada masa keemasan Daulah Umawiyah yakni dengan
pertumbuhan pembangunan di penjuru Damaskus, dengan pembangunan Masjid, gedung-gedung
pemerintahan, dan juga kesejahteraan dari bangsa Arab, karena pada bangsa Arab
non Islam, terjadi perbedaan dalam kesamaan hak. Keruntuhan Daulah ini
ditengarai adanya kelompok-kelompok pembangkang dari masyarakatnya, dengan
wafatnya khalifah Marwan ibn Muhammad maka berakhir pula Dinasti Ummawiyah.
Dinasti
Abbasiyah adalah pengubah peradaban dunia Islam setelah Dinasti Ummawiyah.
Yakni selama lima abad, dari 750-1258 M. Dinasti ini pun
berasal dari nama keluarga Bani Hasyim, yang seketurunan dengan nabi Muhammad
SAW. Pada zaman
Abbasiyah konsep kekhalifahan (pemerintahan) berkembang sebagai sistem politik.
Pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial, ekonomi dan budaya. Selama lima abad, pemerintahan ini pun ada 37
khalifah yang menjalankan amanah menjadi pemimpin muslimin. Pemerintahan Dinasti
Abbasiyah dapat dibagi dalam dua periode. Periode I adalah masa antara tahun
750-945 M, yaitu mulai pemerintahan Abu Abbas sampai al-Mustakfi. Periode II
adalah masa 945-1258 M, yaitu masa al-Mu’ti sampai al-Mu’tasim. Dalam
menjalankan pemerintahan, Khalifah Dinasti Bani Abbasiyah pada waktu itu
dibantu oleh wazir (perdana menteri) yang jabatannya disebut wizaraat. Wizaraat
ini dibagi menjadi 2 yaitu: pertama, wizaraat tafwid (memliki otoritas
penuh dan tak terbatas), waziraat ini memiliki kedaulatan penuh kecuali
menunjuk penggantinya. Kedua, wizaraat tanfidz (memiliki kekuasaan
eksekutif saja) wizaraat ini tidak memiliki inisiatif selain melaksanakan
perintah khalifah dan mengikuti arahannya. ciri-ciri sistem pemerintahan yang
menonjol yang tidak terdapat di zaman bani Umayyah, antara lain : (1) dengan
berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari
pengaruh Arab. Sedangkan Dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab, (2) dalam
penyelenggaraan negara, pada masa bani Abbas ada jabatan Wazir, yang membawahi
kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani
Umayyah,
(3) ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa
pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya belum ada tentara Khusus yang profesional. Selain sistem pemerintahan diatas
Abasiyyah juga memiliki beberapa biro pemerintahan yang menangani beberapa
permasalahan diantaranya adalah, diwanul kitaabah, nidhamul idary
al-markazy, amirul umara, diwanul khazaanah, diwanul al-azra’u, diwan
khazaainus sila, qiwan qadlil qudha, al-sutrah al-qadlaiyah, qudhah al-aqaalim,
qudlah al-amsaar, diwan al-tawqi, diwan al-nazhar fi al mazhalim, diwan
al-syurthah, dan diwan al-barid. Dalam bidang ketentaraan juga
mengalami perkembangan yang sangat pesat, begitu juga dengan ilmu pengetahuan,
kesusteraan, ilmu tafsir, hadist, dan juga banyak muncunlnya para ilmuwan,
sehingga dapat dikatakan, bahwa periode Bani Abbasiyah membawa peradaban
keemasan Islam di penjuru dunia. Sedangkan pada abad ke 10 M ini sistem
kekhalifahan akhirnya menjadi terpecah menjadi tiga bagian, yakni Bagdad,
Afrika Utara, dan Spanyol. Di Mesir, Muhammad ikhsyid berkuasa atas nama Bani
Abbas. Di Halb dan Mousil, Bani Hamdan muncul, begitu pula di Yaman, syiah
Zaydiyah semakin kuat dengan kelompoknya. Di Bagdad, bani Buhawiyah berkuasa
secara de Facto dan menjalankan
pemerintahan Bani Abbas, sehingga khalifah hanya tinggal nama saja.
Faktor-faktor yang menjadi sebab kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah: 1. Faktor
internal, dari keluarga khalifah, untuk merebutkan kekuasaan. 2. Kehilangan
kendali dan munculnya dinasti-dinasti kecil. Dengan ketidak seimbangnya
kekuasaan dalam negeri maka tibalah pasukan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu
Khan, menumbangkan Dinasti Abbasiyah. Sehingga runtuhlah Dinasti yang telah
berkibar selama lima Abad.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Hasan.
Hasan Ibrahim,2001, Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
2. Syalabi,2003,
Sejarah dan kebudayaan Islam 2,
Jakarta: PT Pustaka Al Husna Baru
3. Rofiq,
Choirul, 2009, Sejarah Peradaban Islam-
Dari Masa Klasik Hinga Modern, Ponorogo: STAIN Press
4. No
name, 2004,Tafsir Ahlus Sunnah wal Jam’ah, Surabaya: Karya Pembina
5. Maryam.
Siti,2004, Sejarah Peradaban Islam Dari
Masa Klasik Hinga Modern,Yogyakarta:LESFI
6. Ratna
(2012), Sistem Pemerintahan dan Politik
Pada Masa Abbasiyah, ratnatus.blogspot.com
[1] Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban
Islam-Dari Masa Klasik Hingga Modern, Ponorogo:STAIN Ponorogo press
2009 117
[2] Ibid 117
[3] Ibid 118
[4] Ibid 120
[5] Ratna, Sistem Pemerintahan dan
Politik Pada Masa Abbasiyah, ratnatus.blogspot.com, 2012, 01 April 2014
[6] Ratna, Sistem Pemerintahan dan
Politik Pada Masa Abbasiyah, ratnatus.blogspot.com, 2012, 01 April 2014
[7] Ratna, Sistem Pemerintahan dan Politik Pada Masa Abbasiyah, ratnatus.blogspot.com,
2012, 01 April 2014
Labels:
Makalah
Thanks for reading Politik Masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Please share...!